Thursday, March 26, 2020

Mengenal Basa Krama Lugu dan Krama Alus


Suku Jawa mempunyai bahasanya sendiri yakni bahasa Jawa. Orang Jawa menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari terikat dengan aturan bahasa itu sendiri. Aturan penggunaan atau disebut tingkatan dalam bahasa Jawa unggah-ungguh basa juga disebut undha-usuk basa. Para akademisi menyebutnya sebagai ragam bahasa Jawa. Ragam bahasa Jawa yang sekarang dikenal oleh masyarakat luas ada 4 macam yaitu : (1) Ngoko Lugu (2) Ngoko alus (3) Krama lugu (4) Krama alus (krama inggil). Sesuai dengan judul pada artikel ini yang akan kita bahasa adalah basa krama lugu dan basa krama alus.
Basa krama lugu adalah bahasa yang semua kata-katanya menggunakan kata krama lugu. Secara semantis ragam basa krama lugu tingkat kehalusan bahasanya lebih rendah dibandingkan dengan basa krama inggil. Pemakaian basa krama lugu dalam percakapan yaitu :
1.       Orang tua kepada orang yang lebih muda karena kalah pangkat atau kedudukan
2.       Orang yang baru bertemu
3.       Siswa kepada gurunya
4.       Asisten rumah tangga kepada majikan
5.       Pegawai kepada atasan
Selain dari semua kata menggunakan krama lugu ada beberapa ciri-ciri lainnya. Ciri-ciri tersebut adalah awalan di- menjadi dipun, akhiran –e menjadi –ipun, -ake menjadi –aken. Kata aku dan kowe beserta awalan tripurusa (dak-, ko-, di-) berubah menjadi sampeyan.
Contoh penggunaan basa krama lugu dalam percakapan :
1.       Sampeyan napa sampun wangul saking kantor Mas? Bahasa Indonesia : Kamu apa sudah kembali dari kantor Mas?
2.       Kula boten kemutan menawi dinten menika kedah numbasaken rasukan kagem Bapak. Bahasa Indonesia : Saya tidak ingat jika hari ini harus membelikan pakaian untuk Bapak.
Basa krama alus atau yang lebih dikenal basa krama inggil adalah bahasa yang semua kata-katanya disusun menggunakan kata krama inggil. Krama inggil mempunyai makna inggil berarti tinggi, bahwa orang yang berbicara meninggikan atau sangat menghormati orang yang diajak bicara. Sebaliknya orang yang berbicara untuk dirinya sendiri menggunakan basa krama lugu atau krama andhap. Penggunaan basa krama inggil adalah sebagai berikut :
1.       Orang yang usianya muda kepada orang tua
2.       Asisten rumah tangga kepada tuannya atau majikan
3.       Siswa kepada gurunya
4.       Pegawai kepada atasan
5.       teman yang tidak akrab
Contoh penggunaan basa krama inggil dalam percakapan yakni :
1.       Panjenengan punapa sampun kondur saking kantor Mas? Bahasa Indonesia : Kamu apa sudah kembali dari kantor Mas?
2.       Bu Ema boten kersa dhahar pelem amargi kagungan gerah maag. Bahasa Indonesia : Bu Ema tidak mau makan mangga karena mempunyai sakit maag.
Perbedaan antara basa krama lugu dan krama alus memang tidak begitu mencolok. Dalam percakapan sehari-hari perlu mengetahui kata-kata yang termasuk basa krama lugu atau kata krama inggil. Di bawah ini beberapa kata yang dapat dijadikan pedoman dalam menyampaikan ungkapan atau pertanyaan dalam percakapan:
Basa Ngoko
Basa Krama lugu
Basa Krama Alus (Inggil)
Bahasa Indonesia
Mlaku
Mlampah
Tindak
Jalan
Mangan
Nedha
Dhahar
Makan
Tuku
Tumbas
Mundhut
Beli
Ndelok
Ningali
Mriksani
Melihat
Krungu
Mireng
Midhanget
Dengar
Anut
Tumut
Dherek
Ikut
Aku
Kula
Dalem
Saya
Arep
Ajeng
Kersa
Mau
Aweh
Nyukani
Maringi
Memberi
Bener
Leres
Kasinggihan
Benar
Biyen
Riyin
Rumiyin
Dahulu
Caturan
 Wicanten
Ngendika
Omongan
Dhuwur
Inggil
Luhur
Tinggi
Duwe
Gadhah
Kagungan
Punya
Kelalen
Kesupen
Kalimengan
Kelupaan
Lara
Sakit
Gerah
Sakit
Linggih
Lenggah
Pinarak
Duduk
Liwat
Langkung
Miyos
Lewat
Mari
Mantun
Dhangan
Sembuh


Wednesday, March 25, 2020

Nulis Aksara Murda

Aksara Jawa merupakan bentuk tulisan menggunakan huruf Jawa. Buku-buku peninggalan Jawa kuno yang menggunakan aksara Jawa masih dipelajari dikalangan pelajar maupun komunitas yang ingin mengetahui sejarah pada jaman dulu. Di Wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) aksara Jawa masuk dalam kurikulum pendidikan dasar mata pelajaran Bahasa Jawa. Pemerintah daerah tersebut melalui Peraturan Gubernur atau Pergub menjadikan mata pelajaran Bahasa Jawa sebagai muatan lokal wajib (mulok wajib) di tingkat SD, SMP dan SMA/ sederajat. Di Surakarta (wilayah Solo) aksara Jawa bisa ditemukan pada papan nama jalan, nama instansi pemerintah, nama fasilitas umum, transportasi umum bahkan tempat belanja seperti pasar, supermarket, dan cafe.
Aksara Murda mempunyai makna murda = sirah dalam bahasa Belanda disebut hoft, bahasa Inggris disebut capital. Sejatinya aksara murda itu tidak ada, yang ada adalah aksara mahaprana, yaitu huruf yang harus diucapkan dengan nafas banyak. Adapun jenis aksara murda yaitu : Na, Ka, Ta, Sa, Pa, Nya, Ga, Ba beserta pasanyannya.
Dahulu kala aksara murda hanya digunakan untuk menuliskan nama seseorang yang dihormati. Seiring perkembangan kajian-kajian penulisan dengan menggunakan aksara Jawa melalui kongres, tata cara penulisan aksara Murda juga mengalami perkembangan. Jika sebelumnya aksara murda hanya digunakan untuk menuliskan nama seseorang yang dihormati sekarang aksara murda dipakai dalam menuliskan nama tempat.
Kaidah penulisan aksara murda yang dipelajari di tingkat sekolah adalah sebagai berikut :
  1. Setiap kata cukup satu yang diberi aksara murda
  2. Apabila huruf pertama tidak ada murda maka huruf kedua, jika huruf kedua tidak ada maka huruf ketiga dan seterusnya.
  3. Aksara murda bisa menjadi pasangan.
Contoh penulisan aksara murda dalam kalimat :
1.      
Jadi kenapa aksara murda ini perlu dipelajari supaya tidak ada kebingungan ketika menemukan aksara (huruf) diluar aksara Jawa (legena). Sebagai bangsa yang besar, bangsa yang kaya kebudayaan termasuk di dalamnya aksara Jawa sudah semestinya kita sebagai generasi penerus untuk melestarikannya.

Tuesday, March 24, 2020

Ngoko Lugu dan Ngoko Alus Apa Bedanya?

Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Bahasa yang banyak dituturkan di Indonesia adalah bahasa Jawa. Tahukah anda bahwa bahasa Jawa sendiri ada ragam bahasanya? Ya, ragam bahasa Jawa ada 4 yang masih dilestarikan, yakni basa ngoko lugu, basa ngoko alus, basa krama lugu dan basa krama alus. Pada mata pelajaran bahasa Jawa ditingkat SMP ragam bahasa disebut juga tingkat tutur atau unggah-ungguh basa.
Unggah-ungguh basa Jawa memiliki makna bahwa orang yang mengajak bicara dengan lawan bicara saling menghormati. Usia, kedudukan atau pangkat dan jabatan menjadi penting ketika menggunakan unggah-ungguh bahasa Jawa. Beberapa pedoman menggunakan unggah-unggu bahasa Jawa adalah sebagai berikut :
1.      Bahasa Ngoko Lugu
ü  Digunakan orang yang usianya lebih tua kepada orang yang usianya lebih muda
ü  Teman yang sudah saling kenal dan memiliki keakraban
ü  Kata-kata yang digunakan adalah tembung ngoko
Contoh :
a.      Saiki wis jam 5 nduk, apa kowe ora adus dhisek?
b.      Ayo tak jak menyang omahe pak Wahyu, aku arep takon sesuk apa sida menyang Jombang.
c.       Mumpung iseh esuk sepatumu kumbahen!

2.      Bahasa Ngoko Alus
ü  Digunakan oleh orang yang seusia dan memiliki keakraban atau kedekatan
ü  Kata-kata yang digunakan adalah tembung ngko yang dicampur tembung krama
ü  Awalan dan akhiran tidak diubah menjadi awalan dan akhiran krama
ü  Kata-kata yang diubah menjadi krama adalah kata ganti orang kedua, kata ganti orang ketiga, barang yang dimiliki dan perbuatan orang yang diajak bicara.
Contoh :
a.      Bu, apa jenengan wis dicaosi pirsa pak Lurah nek dina iki ana posyandu?
b.      Mas Roni duwe ageman sing wernane padha karo sing diagem pak Walikota.
c.       Simbah rawuh saka Jakarta nitih sepur Argo Lawu.

Uraian di atas merupakan contoh untuk memudahkan memahami perbedaan basa ngoko lugu dan ngoko alus. Memang tidak banyak yang memperhatikan bahwa basa ngoko ada 2 macam, akan tetapi dalam penggunaan sehari-hari masih banyak yang menuturkan. Agar siswa dalam memahami perbedaan basa ngoko lugu dan basa ngoko alus lebih mudah dapat menerapkan dengan adik atau dengan kakaknya. Sepandai-pandainya orang belajar adalah mempelajari dan menerapkan.
 Selanjutnya akan kita bahas perbedaan basa krama lugu dan basa krama alus. Namun sebelumnya terapkan dulu menggunakan basa ngoko lugu dan ngoko alus dengan baik dan benar.